Minggu, 02 Oktober 2016

Monumen Nasional

Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas, Menomen ini terletak persis di Pusat Kota Jakarta. Tugu Monas merupakan tugu kebanggaan bangsa Indonesia, selain itu monas juga menjadi salah satu pusat tempat wisata dan pusat pendidikan yang menarik bagi warga Indonesa baik yang dijakarta maupun di luar Jakarta. Tujuan pembangunan tugu monas adalah untuk mengenang dan mengabadikan kebesaran perjuangan Bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945, dan juga sebagai wahana untuk membangkitkan semangat patriotisme generasi sekarang dan akan datang.




Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.

Tugu Monas punya ciri khas tersendiri, sebab arsitektur dan dimensinya melambangkan kias kekhususan Indonesia. Bentuk yang paling menonjol adalah tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Di atas tugu terdapat api menyala seakan tak kunjung padam, melambangkan keteladanan semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah surut berjuang sepanjang masa.


Bentuk dan tata letak Monas yang sangat menarik memungkinkan pengunjung dapat menikmati pemandangan indah dan sejuk yang memesona, berupa taman di mana terdapat pohon dari berbagai provinsi di Indonesia. Kolam air mancur tepat di lorong pintu masuk membuat taman menjadi lebih sejuk, ditambah dengan pesona air mancur bergoyang.
Di dekat pintu masuk menuju pelataran Monas itu juga nampak megah berdiri patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggang kuda. Patung yang terbuat dari perunggu seberat 8 ton itu dikerjakan oleh pemahat Italia, Prof Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsulat Jendral Honores, Dr Mario di Indonesia.



Gagasan Pembangunan Monas
Gagasan awal pembangunan Monas muncul setelah sembilan tahun kemerdekaan diproklamirkan. Beberapa hari setelah peringatah HUT ke-9 RI, dibentuk Panitia Tugu Nasional yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas. Panitia ini dipimpin Sarwoko Martokusumo, S Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo selaku bendahara dan dibantu oleh empat orang anggota masing-masing Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro.
Panitia yang dibentuk itu bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan Monas yang akan didirikan di tengah lapangan Medan Merdeka, Jakarta . Termasuk mengumpulkan biaya pembangunannya yang harus dikumpulkan dari swadaya masyarakat sendiri.

Setelah itu, dibentuk panitia pembangunan Monas yang dinamakan ”Tim Yuri” diketuai langsung Presiden RI Ir Soekarno. Melalui tim ini, sayembara diselenggarakan dua kali. Sayembara pertama digelar pada 17 Februari 1955, dan sayembara kedua digelar 10 Mei 1960 dengan harapan dapat menghasilkan karya budaya yang setinggi-tingginya dan menggambarkan kalbu serta melambangkan keluhuran budaya Indonesia.
Dengan sayembara itu, diharapkan bentuk tugu yang dibangun benar-benar bisa menunjukan kepribadian bangsa Indonesia bertiga dimensi, tidak rata, tugu yang menjulang tinggi ke langit, dibuat dari beton dan besi serta batu pualam yang tahan gempa, tahan kritikan jaman sedikitnya seribu tahun serta dapat menghasilkan karya budaya yang menimbulkan semangat kepahlawanan.
Oleh Tim Yuri, pesan harapan itu dijadikan sebagai kriteria penilaian yang kemudian dirinci menjadi lima kriteria meliputi harus memenuhi ketentuan apa yang dinamakan Nasional, menggambarkan dinamika dan berisi kepribadian Indonesia serta mencerminkan cita-cita bangsa, melambangkan dan menggambarkan “api yang berkobar” di dalam dada bangsa Indonesia, menggambarkan hal yang sebenarnya bergerak meski tersusun dari benda mati, dan tugu harus dibangun dari benda-benda yang tidak cepat berubah dan tahan berabad-abad.
Namun, dua kali sayembara digelar, tidak ada rancangan yang memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan panitia. Akhirnya, ketua Tim Yuri menunjuk beberapa arsitek ternama yaitu Soedarsono dan Ir F Silaban untuk menggambar rencana tugu Monas. Keduanya arsitek itu sepakat membuat gambarnya sendiri-sendiri yang selanjutnya diajukan ke ketua Tim Yuri (Presiden Soekarno), dan ketua memilih gambar yang dibuat Soedarsono.
Dalam rancangannya, Soedarsono mengemukakan landasan pemikiran yang mengakomodasi keinginan panitia. Landasan pemikiran itu meliputi kriteria Nasional. Soedarsono mengambil beberapa unsur saat Proklamasi Kemerdekaan RI yang mewujudkan revolusi nasional sedapat mungkin menerapkannya pada dimensi arsitekturnya yaitu angka 17, 8, dan 45 sebagai angka keramat Hari Proklamasi.

Bentuk tugu yang menjulang tinggi mengandung falsafah “Lingga dan Yoni” yang menyerupai “Alu”sebagai “Lingga” dan bentuk wadah (cawan-red) berupa ruangan menyerupai “Lumpang” sebagai “Yoni”. Alu dan Lumpang adalah dua alat penting yang dimiliki setiap keluarga di Indonesia khususnya rakyat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah simbol dari jaman dahulu yang menggambarkan kehidupan abadi, adalah unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, merupakan keabadian dunia.
Bentuk seluruh garis-garis arsitektur tugu ini mewujudkan garis-garis yang bergerak tidak monoton merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, dan naik menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas bentuk lidah api yang menyala. Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan menggambarkan semangat yang berkobar dan tak kunjung padam di dalam dada bangsa Indonesia.
Proses Pembangunan Monas
Pembangunan tugu Monas dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu tahap pertama (1961-1965), kedua (1966-1968), dan tahap ketiga (1969-1976). Pada tahap pertama pelaksanaan pekerjaannya dibawah pengawasan Panitia Monumen Nasional dan biaya yang digunakan bersumber dari sumbangan masyarakat.
Tahap kedua pekerjaannya masih dilakukan dibawah pengawasan panitia Monas. Hanya saja, biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pemerintah Pusat c.q Sekertariat Negara RI. Pada tahap kedua ini, pembangunan mengalami kelesuan, karena keterbatasan biaya.
Tahap ketiga pelaksanaan pekerjaan berada dibawah pengawasan Panitia Pembina Tugu Nasional, dan biaya yang digunakan bersumber dari Pemerintah Pusat c.q Direktorat Jenderal Anggaran melalui Repelita dengan menggunakan Daftar Isian Proyek (DIP).
Ruang Museum Sejarah
Ruang museum sejarah yang terletak tiga meter dibawah permukaan halaman tugu memiliki ukuran 80X80 meter. Dinding serta lantai di ruang itu pun semuanya dilapisi batu marmer. Di dalam ruangan itu, pengunjung disajikan dengan 51 jendela peragaan (diorama) yang mengabadikan sejarah sejak jaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia hingga masa pembangunan di jaman orde baru. Di ruangan ini pula, pengunjung juga dapat mendengar rekaman suara Bung Karno saat membacakan Proklamasi.

Ruang Kemerdekaan
Sementara di ruang kemerdekaan yang berbentuk amphitheater terletak di dalam cawan tugu, terdapat empat atribut kemerdekaan meliputi peta kepulauan Negara RI , Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika, dan pintu Gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.
Di pelataran puncak tugu yang terletak pada ketinggian 115 meter dari halaman tugu memiliki ukuran 11X11 meter, pengunjung dapat mencapai pelataran itu dengan menggunakan elevator (lift-red) tunggal yang berkapasitas sekitar 11 orang.
Di pelataran yang mampu menampung sekitar 50 orang itu juga disediakan empat teropong di setiap sudut, dimana pengunjung bisa melihat pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian 132 meter dari halaman tugu Monas.
Lidah api yang terbuat dari perunggu seberat 14,5 ton dengan tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter, terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Seluruh lidah api dilapisi lempengan emas seberat 35 kilogram, dan kemudian pada HUT ke-50 RI, emas yang melapisi lidah api itu ditambah menjadi 50 kilogram.



Selengkapnya.....

Sabtu, 01 Oktober 2016

Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor


Merupakan salah satu tempat wisata di Bogor. Merupakan lembaga konservasi yang telah berkiprah selama lebih dari 28 tahun. Taman Safari Indonesia telah diakui mampu mengelola dengan baik satwa-satwa yang tinggal di dalamnya yang berasal dari 5 benua dengan latar belakang perilaku dan habitat yang berbeda. 


Dengan pengalaman di bidang konservasi yang panjang ditambah pengakuan serta apresiasi dari dalam dan luar negeri, Taman Safari Indonesia mendapatkan akreditasi sebagai lembaga konservasi terbaik di Indonesia, yang merupakan sebuah pengakuan untuk pengelolaan satwa dan infrastruktur penunjangnya.


Kiprah Taman Safari Indonesia dalam dunia konservasi telah dimulai bahkan sebelum Taman Safari Indonesia dibuka ketika ikut menyukseskan Operasi Ganesha pada tahun 1982. Selanjutnya Taman Safari Indonesia terus berupaya mengemban misi konservasi baik secara eksitu maupun insitu antara lain dengan mendirikan Pusat Latihan Gajah Sumatera (PLG) di Lampung, Bengkulu dan Aceh, mendirikan Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di Way Kambas, mendirikan rumah sakit gajah di Lampung dan Riau, melakukan pelepasliaran burung curik Bali di Taman Nasional Bali Barat, hingga mengeksekusi proses penyelamatan dan relokasi harimau Sumatera dari Aceh ke Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan Taman Nasional Bukit Sembilang. 

Taman Safari Indonesia pun dipercaya oleh IUCN sebagai satu-satunya lembaga konservasi di dunia untuk penyelamatan harimau Sumatera dengan mendirikan pusat penangkarannya di Cisarua, Bogor-Jawa Barat. 



Taman Safari Indonesia adalah tempat wisata di Bogor dengan konsep wisata keluarga, berwawasan lingkungan yang berorientasi pada habitat satwa di alam bebas. 

Taman Safari Indonesia terletak di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan kawasan Puncak. Taman Safari Indonesia berfungsi juga sebagai penyangga Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di ketinggian 900-1800 m di atas permukaan laut, serta mempunyai suhu rata-rata 16 - 24 derajat Celsius.

Keunikan tempat wisata di Bogor ini dari kebun binatang lainnya di Indonesia adalah pengunjungnya bisa berkeliling ke berbagai tempat untuk bisa melihat dari dekat semua jenis binatang dengan memakai mobil pribadi ataupun naik bus yang sudah disediakan pihak pengelola Taman Safari Indonesia. Pengunjung juga bisa berinteraksi langsung dengan memberi makan hewan-hewan tersebut.

Taman Safari Indonesia juga membuka tempat wisata di daerah lain yaitu Taman Safari Indonesia 2 terletak di lereng Gunung Arjuno, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, serta Bali Safari & Marine Park di Desa Serongga, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali dan Batang Dolphins Center di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Taman Safari Indonesia memiliki sekitar 2500 koleksi satwa dari hampir seluruh penjuru dunia termasuk satwa langka, seperti harimau benggala, jerapah, singa, orang utan, gajah, anoa, komodo dan lain sebagainya. 

AlamatJalan Raya Puncak No. 601, Cisarua, Bogor, Jawa Barat 16750
Telepon: (0251) 8250000

Selengkapnya.....

Museum Etnobotani



Museum Etnobotani Bogor adalah museum yang koleksinya menggabungkan ilmu botani dengan karya budaya etnik di seluruh Nusantara. Museum ini ada di ruangan yang tersembunyi dalam  gedung di Jl. Ir. H. Juanda No. 24, berseberangan dengan Kebun Raya Bogor.

Gagasan pendirian Museum Etnobotani Indonesia mula-mula dicetuskan oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo yang ketika itu menjabat sebagai ketua LIPI, bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung baru Herbarium Bogoriense pada tahun 1962. Tetapi gagasan tersebut baru mulai dipikirkan serta dimantapkan kembali ketika Dr.Setijati Sastrapradja memegang jabatan Direktur LBN pada tahun 1973. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya museum tersebut dapat terwujud dan diresmikan pada tanggal 18 Mei 1982 oleh Menristek Prof.Dr.Ing.B.J.Habibie. Tema Museum Etnobotani Indonesia ‘Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia'


Etnobotani adalah cabang ilmu tumbuh-tumbuhan yang mempelajari hubungan antara suku-suku asli suatu daerah dengan tumbuhan yang ada di sekitarnya. Istilah etnobotani pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli antropologi Amerika bernama Harsberger pada tahun 1895. Dari aspek botani, etnobotani dapat memberi bantuan dalam penentuan asal mula suatu tumbuhan, penyebarannya, penggalian potensi tumbuhan sebagai sumber kebutuhan hidup, makna dan arti tumbuhan dalam kebudayaan serta tanggapan masyarakat setempat terhadap suatu jenis tumbuhan.





Istilah ETNOBOTANI

Kata ini terbentuk dari dua buah kata
Etno : berasal dari kata etnik atau etnis yang berarti suku bangsa
Botani : berasal dari bahasa Yunani yang berarti “rerumputan”. Dalam hal ini kata botani berarti ilmu yang mempelajari mengenai tumbuh-tumbuhan.
Jadi, ketika keduanya digabungkan maka terciptalah kata baru etnobotani. Kata ini bisa diartikan sebagai cabang ilmu tumbuh-tumbuhan yang khusus meneliti tentang hubungan antara kehidupan suku-suku asli dengan berbagai tetumbuhan di sekitarnya. 
Mungkin, kalau dibuatkan ilustrasi tentang hal tersebut bisa dilihat dari foto di bawah ini.



Gambar di atas memperlihatkan berbagai peralatan yang terbuat dari bambu (tumbuhan), yang pernah dan masih dipakai, oleh sebagian manusia/suku bangsa di Indonesia.
Ya. Itulah ilustrasi sederhana dari apa itu etnobotani. Manusia memanfaatkan alam untuk memperbaiki kehidupannya. Langkah yang kemudian membentuk sebuah cara hidup di dalam sebuah masyarakat.
Sesederhana itu. Memang sesederhana itu penjelasan dari etnobotani walaupun istilah ilmiahnya terkesan keren tetapi membuat pening.

Indonesia ditinjau dari segi iklim memiliki kisaran yang besar, sehingga memungkinkan tingginya keanekaragaman tumbuhan yang hidup di kawasan ini. Selain itu Indonesia juga dihuni oleh lebih dari 500 entri atau lema. Lema-lema itu sendiri bervariasi dalam kategori suku bangsa, subsuku bangsa, kelompok sosial yang khas, komunitas yang mendiami suatu pulau kecil dan sebagainya. Tiap lema ini memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, sesuatu dengan adat dan tatanan yang berlaku, antara lain dalam memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya.

Pesatnya perkembangan teknologi modern memungkinkan mudahnya hubungan antar pulau di Indonesia, bahkan antar negara di dunia. Teknologi modern ini sering kali dapat mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesia. Sebagai akibatnya pengetahuan tradisional tentang tetumbuhan mengalami erosi, sehingga dirasakan perlu untuk mempelajari dan mendokumentasikan yang masih tertinggal. Oleh karena itu didirikanlah Museum Etnobotani.


TUGAS DAN FUNGSI
  • Memberikan informasi tentang berbagai bentuk pemanfaatan tumbuhan oleh suku bangsa di Indonesia.
  • Melestarikan kekayaan flora dan budaya Indonesia yang sangat beragam.
  • Mendorong daya kreativitas dan daya cipta tentang pemanfaatan berbagai jenis tumbuhan.
  • Memberikan informasi tentang lingkup kegiatan penelitian etnobotani.

Lokasi Museum Etnobotani

Alamat:
Museum Etnobotani Indonesia
Pusat Penelitian Biologi – LIPI
Jl. Ir.H.Juanda 22-24
Bogor 16122
Jawa Barat
Telp. 0251 – 322 035

Jam Kunjungan:
Senin-Kamis 08.00-16.00
Jumat 08.00-11.00 13.00-16.00
Sabtu-Jumat: dengan perjanjian

Selengkapnya.....

Kebun Raya Bogor dan sejarahnya

Jika Anda penyuka pemandangan hijau dan udara menyegarkan, maka Kebun Raya Bogor patut direkomendasikan. Kebun ini bukanlah destinasi rekreasi semata, melainkan juga pusat pendidikan dan lokasi observasi tanaman. Terdapat lebih dari 15.000 jenis pohon dan tumbuhan di sana.
Tempat wisata di Bogor yang satu ini telah dikembangkan sejak zaman Kerajaan Sunda Kelapa dahulu kala, dianggap pula sebagai Kebun Botani paling tua di Asia.


Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18.

Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.



Monumen Olivia  Raffles
Pada tahun 1814 Olivia Raffles (istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles) meninggal dunia karena sakit dan dimakamkan di Batavia. Sebagai pengabadian, monumen untuknya didirikan di Kebun Raya Bogor.
Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Abner yang menulis surat kepada Gubernur Jenderal G.A.G.Ph. van der Capellen. Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.

Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt adalah seseorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Kota Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti "tidak perlu khawatir"). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.

Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kew yang terkenal di Richmond, Inggris).

Sekitar 47 hektaree tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.
Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies) tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi oleh Johannes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch. Dengan dibantu oleh Justus Karl Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia).Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh Prof. Dr. Melchior Treub.

Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894). Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor.

Pada mulanya kebun ini hanya akan digunakan sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan yang akan diperkenalkan ke Hindia Belanda (kini Indonesia). Namun pada perkembangannya juga digunakan sebagai wadah penelitian ilmuwan pada zaman itu (1880 - 1905).

Kebun Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang berarti di bawah kepemimpinan Dr. Carl Ludwig Blume (1822), JE. Teijsmann dan Dr. Hasskarl (zaman Gubernur Jenderal Van den Bosch), J. E. Teijsmann dan Simon Binnendijk, Dr. R.H.C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Jacob Christiaan Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat suatu pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.
Pada saat kepemimpinan tokoh-tokoh itu telah dilakukan kegiatan pembuatan katalog mengenai Kebun Raya Bogor, pencatatan lengkap tentang koleksi tumbuh-tumbuhan Cryptogamae, 25 spesies Gymnospermae, 51 spesies Monocotyledonae dan 2200 spesies Dicotyledonae, usaha pengenalan tanaman ekonomi penting di Indonesia, pengumpulan tanam-tanaman yang berguna bagi Indonesia (43 jenis, di antaranya vanili, kelapa sawit, kina, getah perca, tebu, ubi kayu, jagung dari Amerika, kayu besi dari Palembang dan Kalimantan), dan mengembangkan kelembagaan internal di Kebun Raya yaitu:

  • Herbarium
  • Museum
  • Laboratorium Botani
  • Kebun Percobaan
  • Laboratorium Kimia
  • Laboratorium Farmasi
  • Cabang Kebun Raya di Sibolangit, Deli Serdang dan di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan
  • Perpustakaan Fotografi dan Tata Usaha
  • Pendirian Kantor Perikanan dan Akademi Biologi (cikal bakal IPB).
Kebun Raya Bogor sepanjang perjalanan sejarahnya mempunyai berbagai nama dan julukan, seperti

  • ’s Lands Plantentuin
  • Syokubutzuer (zaman Pendudukan Jepang)
  • Botanical Garden of Buitenzorg
  • Botanical Garden of Indonesia
  • Kebun Gede
  • Kebun Jodoh
Alamat: Jl. Ir. Haji Djuanda No.13, 16122
Jam buka: 08.00 - 17.00
Provinsi: Jawa Barat
Telepon: (0251) 8322187

Selengkapnya.....

Jumat, 30 September 2016

Air Terjun Bidadari Sentul

Bagi warga jakarta dan sekitarnya dan sekolah-sekolah tingkat RA (Raudhatul Athfal) / Taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA yang ingin mengisi liburan, ini salah satu rekomendasi destinasi wisata yang asyik dikunjungi, didaerah Sentul City, Bogor, AIR TERJUN BIDADARI SENTUL


Air Terjun Bidadari Sentul berlokasi di Desa Bojongkeneng, Sentul, Kabupaten Bogor. Tempat wisata ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat, dan aksesnya juga cukup mudah. Dari Jakarta, pilihlah jalur Tol Jagorawi kemudian pilih jalan keluar melalui Tol Sentul City. Dari gerbang Tol Sentul ambilah jalan ke kiri. Setelah melakukan perjalanan selama beberapa meter, Anda akan menemukan sebuah perempatan. Pilih jalan perempatan yang paling sempit dengan papan petunjuk yang akan memandu Anda menuju Sentul Paradise Park. Air Terjun Bidadari Sentul berlokasi di kawasan Sentul 
Paradise Park.

Sejarah Air Terjun Bidadari

Mulanya, lokasi Air Terjun Bidadari sangat tersembunyi. Untuk mencapai air terjun ini Anda harus berjalan kaki sejauh 2 km. Adanya bukit yang membentuk lembah membuat air terjun ini hanya bisa terlihat sebagian, bukan secara keseluruhan. Alhasil keindahan air terjun ini tidak dapat terekspos dengan baik.
Karena hal ini, bukit yang membentuk lembah tersebut akhirnya digali untuk membuat akses jalan menuju air terjun. Penggalian ini juga bertujuan untuk membuat kolam penampungan dari air terjun tersebut. Kemudian muncul kendala kedua, yaitu sebuah batu besar yang tepat berada di depan air terjun. Alhasil batu tersebut dibelah untuk dijadikan hiasan. Jika dilihat dari kejauhan, batu tersebut seolah terbelah oleh air terjun dan memberi jalan untuk aliran air.
Menurut legenda yang beredar di masyarakat, di antara bebatuan raksasa yang ada terdapat sebuah celah yang dulunya merupakan tempat persembunyian Jaka Tarub. Sesuai dengan cerita legenda yang ada, Jaka Tarub menggunakan celah tersebut untuk mengintip para bidadari dari kahyangan yang sedang mandi di sana. Itulah mengapa air terjun ini dinamakan sebagai Air Terjun Bidadari, karena merupakan tempat dari para bidadari kahyangan mandi.

Selengkapnya.....